Dear diary-nya Rey,
Malam ini pukul 22.06, saya mengetik tulisan ini menggunakan komputer di klinik. Si Adik di samping saya sedang mengetik ceritanya untuk blog katanya.
Sudah beberapa hari ini si Adik ikut saya ngantor, karena memang nggak ada tempat buat nitipin dia. Well, ada sih beberapa sodara dan teman yang nawarin buat dititipin di mereka aja. Akan tetapi, selain saya sungkan, si Adik pun masih menolak karena belum terlalu kenal sodara dan teman tersebut.
Akhir-akhir ini saya memang harus berjuang sendiri, meski nggak benar-benar sendiri sih, masih ada beberapa teman dan sodara yang peduli. Namun tentunya berbeda dengan saudara atau keluarga dekat seperti kakak kandung atau mama sendiri.
Sejak Sabtu malam lalu, ketika saya putuskan untuk jujur ke kakak tentang sebuah hal yang menjadi rahasia dan menyiksa batin saya akhir-akhir ini. Dan menge-cut hal-hal yang salah dalam hidup. Nyatanya semuanya malah bertambah kacau.
Semingguan terakhir ini memang sih hal-hal yang salah di fisik saya kembali membaik. Tekanan darah saya yang sebelumnya naik drastis gegara merasa tersiksa menyimpan hal-hal yang salah. Sekarang kembali membaik dan normal.
Akan tetapi, untuk mental memang babak belur juga.
Semingguan ini rasanya saya putus asa mulu, mulai berpikir untuk mengakhiri hidup saja. Namun masih ingat anak-anak juga sih. Lalu saya berpikir akan lebih baik agar anak-anak dikembalikan ke Surabaya, hidup bersama papinya atau keluarga papinya.
Namun memang untuk ini butuh modal, karena biaya tiket dan pengurusan lainnya membutuhkan uang. Dan saat ini saya belum punya duit cukup untuk itu.
Jadilah ya gitu deh, hanya bisa menjalani semua ujian yang terasa berat ini.
Salah satunya ya, dengan membawa si Adik terus-terusan ketika bekerja, sampai ada teguran nggak boleh bawa anak ketika bekerja.
Begitulah.
Baubau, 02-09-2025